Mahasiswa Universitas Dinamika (Undika) Fahmi Andriansyah berhasil merancang alat untuk mengukur sudut punggung agar terhindar dari penyakit tulang punggung, seperti skoliosis atau kifosis.
Alat berbentuk korset ini dipasang di punggung dengan mengunakan modul MPU-6050. MPU-60-50 merupakan 6 axis Motion Processing Unit dengan penambahan regulator tegangan dan beberapa komponen pelengkap lainnya yang membuat modul ini siap dipakai.
Selanjutnya modul ini akan bekerja sesuai dengan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb).
Fahmi mengatakan, untuk mengetahui posisi punggung ketika bekerja biasanya dilakukan dengan cara manual seperti memotretnya, lalu menghitungnya dengan busur.
“Ini kurang efisien. Untuk itu, harus ada alat yang bisa menghitung posisi kemiringan punggung secara akurat,” ujar mahasiswa Teknik Komputer.
Alat ini digunakan seperti memakai korset di punggung pada umumnya. Tekan tombol power untuk menghidupkan alat ini, lalu tekan tombol start untuk membuatnya bekerja menghitung posisi punggung.
“Alat ini akan mendeteksi secara otomatis sudut punggung kita. Ketika kita tegak, akan muncul skor 0, bila kita tegak lalu membungkuk akan muncul skor 1, kalau kita membungkuk 0 sampai 20 derajat akan muncul skor 2, membungkuk 20 sampai 60 derajat muncul skor 3, dan membungkuk lebih dari 60 derajat akan muncul skor 4,” katanya.
Lanjut Fahmi, semakin tinggi skor di waktu yang semakin lama, tanpa adanya perubahan dari posisi kerja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit skoliosis dan kifosis.
Fahmi berharap, alat ini dapat membantu orang untuk menentukan posisi yang pas saat bekerja. Sehingga ia tidak mengalami kelainan tulang.
Di sisi lain, ia juga ingin mengembangkan alat ini agar tidak fokus di punggung saja, tetapi bisa seluruh bagian tubuh.
“Saya juga ingin bekerja sama dengan perusahaan kursi kerja atau kuliah untuk membuat kursi yang ergonomis,” kata Fahmi.
Alat ini digunakan seperti memakai korset di punggung pada umumnya. Tekan tombol power untuk menghidupkan alat ini, lalu tekan tombol start untuk membuatnya bekerja menghitung posisi punggung.
“Alat ini akan mendeteksi secara otomatis sudut punggung kita. Ketika kita tegak, akan muncul skor 0, bila kita tegak lalu membungkuk akan muncul skor 1, kalau kita membungkuk 0 sampai 20 derajat akan muncul skor 2, membungkuk 20 sampai 60 derajat muncul skor 3, dan membungkuk lebih dari 60 derajat akan muncul skor 4,” katanya.
Lanjut Fahmi, semakin tinggi skor di waktu yang semakin lama, tanpa adanya perubahan dari posisi kerja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit skoliosis dan kifosis.
Fahmi berharap, alat ini dapat membantu orang untuk menentukan posisi yang pas saat bekerja. Sehingga ia tidak mengalami kelainan tulang.
Di sisi lain, ia juga ingin mengembangkan alat ini agar tidak fokus di punggung saja, tetapi bisa seluruh bagian tubuh.
“Saya juga ingin bekerja sama dengan perusahaan kursi kerja atau kuliah untuk membuat kursi yang ergonomis,” kata Fahmi.
Berita ini telah tayang di Ngopibareng.com pada 19 Februari 2020
Direpost oleh PR Undika Surabaya : Lathifiyah