Berita

Rentetan Prestasi Mahasiswa Profiti di Penghujung Tahun 2022

D’Media (13/01/2023) – Tiga mahasiswa DIV Produksi Film dan Televisi Universitas Dinamika (DIV Profiti Undika) menorehkan tiga prestasi berbeda untuk menutup penghujung tahun 2022. Adalah Kevin Gunawan yang meraih Juara I dalam Lomba Tri “Generasi Happy Video Competition”, Muhammad Al Jufri yang meraih Juara II dalam lomba Road Safety Rangers Competition yang diadakan oleh Jasa Marga, serta Haidar Syahm yang menjadi 9 besar finalis dalam Anti-Corruption Film Festival yang dihelat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ketiga mahasiswa yang sama-sama duduk di bangku semester 7 ini mengaku senang dan bangga bisa mengharumkan nama prodi tercinta di penghujung tahun 2022 ini. “Ya masih nggak nyangka, tapi bersyukur bisa dapat juara I ditingkat Regional Surabaya ini“, tutur Kevin. Dalam lomba yang ia ikuti bersama dua kakak tingkat yang juga merupakan mahasiswa Prodi Profiti tersebut, Kevin memilih tema “Konten Demi Viral” dalam karya yang ia submit. Ia menjelaskan pemilihan tema tersebut karena sangat relate dengan banyaknya konten-konten saat ini yang terkadang viral namun kurang mendidik. “Seperti contohnya video anak-anak yang memberhentikan truk atau konten artis yang ngeprank polisi, itu kan nggak baik dan menjadi keresahan pribadi, lalu saya visualkan melalui karya lomba ini,” tutur Kevin. Berkat pemikirannya dalam pengambilan ide ini, Kevin dan tim berhasil mengalahkan kurang lebih 50 peserta umum lainnya dan berkesempatan untuk menjadi perwakilan dari Regional Surabaya ke tingkat Nasional.

Artikel Lainnya :  Penyemprot Hand Sanitizer Otomatis

Selain Kevin Gunawan, adapula Muhammad Al Jufri yang dinyatakan menjadi Juara II dalam lomba yang diadakan oleh Jasa Marga dengan tema Share Your Safe and Enjoyabel Trip with Travoy pada awal Desember lalu. “Jadi Jasa Marga mengadakan lomba membuat Reels Instagram terkait aplikasi baru mereka yang bernama TRAVOY,” ujar Jufri, sapaannya. Ia menjelaskan bahwa ia mempelajari terlebih dahulu apa saja kelebihan dan fitur-fitur menarik yang dimiliki oleh Aplikasi TRAVOY tersebut. “Ya saya mengemasnya menjadi ulasan fitur seperti dapat memantau lalu linta di jalan tol, informasi pom bensin terdekat dan kelebihan lainnya dalam sebuah Reels Instagram,” ujarnya.

Sebelumnya, Jufri juga pernah mengikuti lomba yang diadakan oleh Jasa Marga di tahun sebelumnya namun hanya berhasil meraih Juara Favorit. “Makanya saat tahu ini menang Juara II rasanya dendam saya terbalaskan,” tuturnya sembari tertawa. Mahasiswa yang saat ini sedang disibukkan berkuliah dan bekerja freelance di Visual GO ini berharap video reels karyanya bisa bermanfaat bagi masyarakat. “Harapan saya masyarakat benar-benar bisa memakai aplikasi tersebut agar lebih safety di jalan tol,” ungkap Jufri. 

Artikel Lainnya :  Tingkatkan Kemampuan Dosen, Prodi S1 SI Gelar Workshop Cara Menulis Jurnal Internasional

Tidak jauh berbeda dengan dua rekannya, Haidar Syahm juga berhasil masuk ke dalam 9 besar finalis Anti-Corruption Festival yang diadakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam lomba yang diadakan setiap tahun dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi ini, Haidar membuat sebuah film documenter dengan durasi 10 menit. “Tokoh utama dalam film saya ini adalah teman saya yang tergabung dalam komunitas anak punk di Surabaya,” ulas Haidar. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sejak SMA, temannya ini sering menyanyikan lagu-lagu yang sarat makna dan kritik terhadap pemerintahan. “Hingga akhirnya saya tahu dia sekarang sudah membuat lagu sendiri dengan judul Reformasi di Korupsi, dan itu relate dengan judul lomba KPK ini,” terangnya.

Artikel Lainnya :  Kuliah Asik Bareng Praktisi, Sukseskan Program MBKM

Dalam waktu kurang lebih dua minggu, Haidar berhasil merampungkan film garapannya seorang diri. “Kesulitannya hanya ada beberapa ide yang ada di kepala ini susah untuk divisualkan karena terkadang terlalu liar, dan kan syarat lomba ada batasannya,” tuturnya sembari tersenyum. Setelah dikurasi oleh para dewan juri, Haidar berhasil masuk ke dalam 9 besar finalis kategori Film Dokumenter mengalahkan 400 peserta lainnya. “Ya melalui film ini saya mau menekankan bahwa image punk yang saya angkat di film itu tidak selalu jahat, sebenarnya yang jahat itu bukan dari atribut tetapi dari pribadi orang itu sendiri,” tutupnya.